Depok – Suara Kota |
Dewan Penasihat Keluarga Besar Bang Imam (KBBI), Agus Sutondo memastikan Pasangan Calon Wali Kota Depok nomor urut 1, Imam Buri Hartono – Ririn Farabi Arafiq selalu unggul dalam hasil survei 3 lembaga yang kredibel.
Agus Sutondo mengatakan, Imam Budi Hartono- Ririn Farabi konsisten unggul dalam survei di tiga lembaga berbeda, yaitu Indikator, Kedai Kopi dan Suvei Lingkar Aktivis UI.
Agus Sutondo atau yang kerap disapa Aston menjelaskan alasan paslon nomor urut 1 Imam Budi Hartono – Ririn Farabi Arafiq selalu unggul dalam survei.
“Pertama survei dilakukan di 3 lembaga yang berbeda dengan waktu yang berbeda. Pasangan IBH-Ririn juga konsisten sebagai calon kepala daerah yang memiliki elektabilitas dan popularitas teratas,” kata Aston kepada wartawan, Kamis (31/10/2024).
Aston juga mengatakan pada Mei 2024 Lembaga Survei Indikator Politik melakukan survei dengan hasil Imam Budi Hartono menempati urutan teratas pada tingkat elektabilitas, begitupun survei yang dilakukan Kedai Kopi pada Juli 2024.
“Apalagi duet dengan dr. Ririn, survei terkini yang dilakukan oleh Lingkar Survei Aktivis UI pada Oktober ini pun IBH-Ririn pun masih menduduki peringkat tertinggi di angka 58,8%. Artinya, Pilkada Depok selesai, IBH-Ririn yang menang,” paparnya.
Sebagai dewan penasihat dari Keluarga Besar Bang Imam, Aston memastikan akan mengawal kemenangan Paslon IBH-Ririn. Ia juga meyakini elektabilitas IBH-Ririn konsisten berada diatas.
Ia jelaskan, KBBI yang menaungi lebih dari 190 komunitas pendukung IBH-Ririn akan terus mengawal dan menyosialisasikan program IBH-Ririn untuk Pilkada Kota Depok pada 27 November mendatang.
“Belum lagi mesin PKS-Golkar yang secara membara terus bergerak, itu juga bagian dari menaikkan elektabilitas dan popularitas IBH-Ririn. Kami akan kawal dan jaga sampai proses pemilihan untuk memastikan kemenangan IBH-Ririn,” paparnya lagi.
Ia juga menyindir kubu lawan IBH-Ririn yaitu Supian-Chandra yang kerap melakukan manuver politik dengan membangun narasi-narasi lama untuk menarik simpati masyarakat.
“Contohnya dengan membangun narasi seolah terzolimi, untuk menarik simpati masyarakat. Mengaku lebih tinggi elektabilitas versi lembaga survei dan begitulah kira-kira, padahal mah ‘asal bapak senang,” pungkasnya.
(SK/Martchel)