spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
BerandaDaerahBisa Cegah Stunting, Prof Maria Bintang Bocorkan Manfaat Daun...

Bisa Cegah Stunting, Prof Maria Bintang Bocorkan Manfaat Daun Kelor

Depok – Suara Kota |

Kegiatan Pengabdian Masyarakat (PkM) merupakan salah satu bentuk kegiatan dosen untuk menjalankan tugas Tri Darma Perguruan Tinggi. Dosen akan hadir ditengah masyarakat untuk memberikan informasi sesuai bidang keahliannya. Tegas Prof. Dr. drh. Maria Bintang, M.S

Dalam Kegiatan tersebut dilaksanakan secara personal, dalam satu tim Fakultas, yaitu : Prof. Dr. drh. Maria Bintang, M.S
Prof. Dr. Marina Silalahi, S. Pd., M. Si.
John Jackson Yang, S.Si., M.Sc., Ph.D.
drh. Albert Jackson Yang, MVM., Ph.D
L dr. Linggom Kurniaty, Sp.FK, Fri Rahmawati, M.Si.

Dalam lintas Fakultas hingga antar perguruan tinggi serta bekerjasama dengan instasi pemerintah maupun swasta, jelas Prof. Dr. drh. Maria Bintang, M.S.

Lanjut Prof. Dr. drh. Maria Bintang, M.S pada kegiatan kali ini bersama tim akan memberikan penyuluhan manfaat serta demonstrasi pengolahan tanaman obat serta melakukan skrining dan monitoring kejadian stunting di Posyandu dan Posbindu Cempaka RW 17 Kelurahan Kemiri Muka, Kecamatan Beji, Depok.

“Harapan kami dari kegiatan yang kami lakukan ini adalah untuk masyarakat dapat mengerti manfaat dan pengolahan tanaman obat yang berkhasiat untuk mempertahankan imunitas dan anti peradangan (meniran) dan mencegah stunting (kelor),” katanya.

Dalam pengabdian kepada masyarakat (PkM) merupakan kegiatan dalam mengamalkan dan memberikan sumbangan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kesejahteraan serta menambah wawasan kehidupan bangsa seperti penjelasan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi Pasal 47 dan 48.

Beberapa bentuk pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat yang sesuai dengan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi adalah: 1. Mengembangkan model pemberdayaan masyarakat; 2. Meningkatkan kapasitas pengabdian kepada masyarakat; 3. Memberikan solusi berdasarkan kajian akademik atas kebutuhan, tantangan, atau persoalan yang dihadapi masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung; 4. Melakukan kegiatan yang mampu memberdayakan masyarakat pada semua strata, secara ekonomi, politik, sosial, dan budaya; dan 5. Melakukan alih teknologi, ilmu, dan seni kepada masyarakat untuk pengembangan martabat manusia berkeadilan gender dan inklusi sosial serta kelestarian sumber daya alam, ujar, Prof. Dr. Marina Silalahi, S. Pd., M. Si.

Salah satu bentuk kegiatan PkM adalah penyuluhan atau pemberian informasi terkait permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat terutama permasalahan dalam bidang kesehatan.

Permasalahan kesehatan yang menjadi perhatian adalah status gizi pada balita dan upaya mempertahankan daya tahan tubuh serta anti peradangan pada lansia, pungakas, Prof. Dr. Marina Silalahi, S. Pd., M. Si.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2015 diketahui bahwa angka prevalensi kekurusan anak di dunia sekitar 14,3%.1 Kekurusan yang terjadi pada anak berhubungan dengan asupan gizi pada anak.

Menurut data RISKESDA (2013) diketahui bahwa masalah gizi pada anak prasekolah dan anak sekolah masih cukup tinggi, hal tersebut dapat diketahui dari status gizi anak umur 5-12 tahun menurut indeks massa tubuh/umur (IMT/U) di Indonesia, yaitu prevalensi kurus adalah 11,2%, terdiri dari 4% persen sangat kurus dan 7,2% kurus.

Gizi merupakan salah satu factor utama penentu kualitas sumber daya manusia (SDM), karena dibutuhkan dalam proses pertumbuhan, perkembangan dan kelangsungan hidup setiap manusia dalam mempertahankan kehidupan secara sehat.

Cara untuk menilai baik buruknya gizi seseorang adalah dengan melakukan pengukuran status gizi.

Lanjut Prof. Dr. Marina Silalahi, S. Pd., M. Si. Status gizi yang baik mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan anak, salah satunya dapat meningkatkan kemampuan intelektual yang berdampak pada prestasi belajar di sekolah.

Salah satu cara untuk menilai status gizi adalah dengan menggunakan antropometri.

Stunting masih menjadi masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia. Berdasarkan data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, angka stunting di Indonesia sebesar 30,8%, angka tersebut masih tergolong tinggi.

Dari hasil PKM terdahulu, di RW 17 Kemirimuka masih terdapat kasus stunting 11.11 % dari balita yang hadir pada saat kegiatan tersebut. Tegas Prof. Dr. Marina Silalahi, S. Pd., M. Si.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam menurukan angka kejadian stunting adalah pemberian pangan fungsional seperti daun kelor.

Daun kelor memiliki kandungan vitamin C, kalsium, beta-karoten, potasium dan protein yang tinggi, Selain itu daun kelor yang dimasak akan menghasilkan zat besi 3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan daun kelor segar.

Oleh karena itu PkM yang akan dilakukan bertujuan untuk memberikan penyuluhan, peragaan pembuatan pangan fungsional dari daun kelor dan pengukuran antropometri dalam memantau status gizi balita di Posyandu Cempaka RW 17 Kelurahan Kemirimuka, Kecamatan Beji, Depok.

Metode penyuluhan yang dilakukan berupa ceramah dengan menggunakan media poster banner, pembuatan pangan fungsional dilakukan dengan menggunakan metode demo/peragaan masak secara langsung kemudian menyebarkan kuisioner terkait penilaian hasil pangan fungsional yang didemokan/diperagakan, serta melakukan pengukuran antropometri dilakukan dengan cara mengukur tinggi/panjang dan berat badan balita dengan menggunakan alat ukur tinggi/panjang dan timbangan.

Tanaman fungsional yang akan perkenalkan dalam penyuluhan dan peragaan pembuatan pangan fungsional kepada orangtua/wali balita adalah daun kelor segar.

Pada akhir kegiatan akan dilakukan pembagian pohon tanaman kelor yang dapat mencegah kejadian stunting pada para orang tua/wali balita di Posyandu Cempaka RW 17 Kelurahan Kemirimuka, Kecamatan Beji, Depok.

(SK/Martchel)

Berita Terkini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini