Depok – Suara Kota |
Momen Hari AIDS Sedunia yang jatuh pada 1 Desember 2025 menjadi sorotan di Kota Depok setelah Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok, dr. Mary Liziawati, memilih untuk bungkam dan menunda jawaban atas pertanyaan substantif dari media terkait upaya penanggulangan HIV/AIDS.
Sikap ini menimbulkan tanda tanya besar mengenai komitmen Pemerintah Kota Depok terhadap transparansi data dan keseriusan dalam menekan angka penularan.
Salah satu jurnalis anggota Balai Wartawan Pemkot Depok, Ali telah mengajukan permohonan wawancara dan melampirkan draf pertanyaan pada 1 Desember 2025, bertepatan dengan Hari AIDS Sedunia.
Pertanyaan tersebut mencakup mulai dari peran Dinkes dalam kolaborasi dengan lembaga dan komunitas terkait penanggulangan. Lalu data kasus HIV tahun 2024 (total 405 kasus HIV dan 24 kasus AIDS), kemudian mengenai evaluasi program yang di danai Global Fund yang diperkirakan akan dihentikan. Dan yang terakhir rencana evaluasi ke depan untuk mengurangi kasus penularan.
Dari Data Kelompok Risiko (Januari – Mei 2025): LSL/Gay (64 kasus), Penderita Tuberkulosis/TBC/HIV (37 kasus), Populasi Umum (44 kasus), Penderita IMS (7 kasus), ibu hamil (2 kasus), Lainnya sejumlah kecil kasus.
Perbandingan Kasus Baru Tahunan (Data Lintas Tahun)
Tahun 2023: 435 kasus
Tahun 2024: 405 kasus
Tahun 2025 (Januari-Mei): 171 kasus

Bungkamnya Kadinkes di Tengah Data yang Mendesak
Meskipun sempat merespons singkat, Kadinkes Pemkot Depok, dr. Mary Liziawati, hanya memberikan arahan untuk menunggu.
“Maaf baru selesai kegiatan. Nanti di jwb by wa,” demikian balasan singkat dari Kadis Dinkes pada pukul 16.17 WIB pada 1 Desember. Namun, janji untuk merespons lanjutan via WhatsApp itu tidak terealisasi.
Keterlambatan respons ini sangat disayangkan, terutama mengingat data yang disampaikan bukan sekadar angka statistik, melainkan peringatan keras tentang kebutuhan penanggulangan yang mendesak. Dalam kurun waktu yang singkat, Kota Depok mencatat ada 171 kasus rentang Januari hingga Mei 2025.
Lebih mengkhawatirkan lagi, terungkap adanya 2 kasus ibu hamil yang terinfeksi. Ini bukan hanya masalah kesehatan individu, tetapi juga potensi ancaman penularan vertikal dari ibu ke anak, yang berisiko merenggut masa depan generasi Depok.
Ironisnya, di tengah data yang menunjukkan kerentanan kelompok risiko—dari kasus LSL/Gay hingga pasien TBC/HIV—Kepala Dinas Kesehatan Depok justru memilih untuk menunda jawaban dan mengabaikan pertanyaan media di momen krusial Hari AIDS Sedunia.

Seruan Kolaborasi dan Harapan Perwali HIV-IMS
Di sisi lain, meskipun belum ada keterangan resmi dari Kepala Dinkes, District Task Force (DTF) Kota Depok, yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat dan komunitas, telah menyatakan bahwa mereka sudah melakukan kolaborasi pentaheliks untuk mewujudkan berakhirnya penyebaran HIV & AIDS di tahun 2030.
Om Buds dari Kuldesak, perwakilan DTF Kota Depok, menyoroti pentingnya pendekatan yang lebih komprehensif dari pemerintah kota.
“Kami di District Task Force menyoroti pentingnya pendekatan yang lebih ramah komunitas di fasilitas kesehatan, penguatan layanan untuk anak dan remaja, integrasi kesehatan jiwa, serta kampanye anti-stigma berbasis masyarakat. Upaya-upaya ini krusial untuk menciptakan lingkungan kota yang lebih inklusif dan aman bagi setiap orang, terutama bagi mereka yang hidup dengan HIV dan kelompok rentan,” kata Om Buds ini.
Ia menekankan bahwa perjuangan ini adalah tanggung jawab bersama:
“Memperingati Hari AIDS Sedunia 2025, kami mengajak seluruh pihak mulai dari pemerintah daerah, tenaga kesehatan, akademisi, organisasi masyarakat sipil, dunia usaha, hingga media untuk memperkuat kolaborasi lintas sektor guna memastikan Depok mampu mencapai Eliminasi AIDS 2030. Eliminasi bukan sekadar target kesehatan, tetapi ini adalah komitmen terhadap nilai kemanusiaan,” tambahnya.
DTF juga berharap adanya regulasi yang menjamin keberlanjutan respons penanggulangan HIV di kota tersebut.
“Kami berharap Perwali HIV–IMS (Peraturan Walikota HIV-Infeksi Menular Seksual) ini menjadi tonggak baru bagi Kota Depok, memastikan keberlanjutan respons HIV dan menjamin bahwa setiap warga mendapatkan akses layanan yang bermutu, setara, dan bebas stigma. Momentum Hari AIDS Sedunia 2025 ini adalah pengingat bahwa perjuangan belum selesai, tetapi tujuan Depok Bebas AIDS 2030 tetap dapat dicapai jika semua pihak terus melangkah bersama,” tutupnya.
Masyarakat dan pegiat komunitas kini menanti jawaban dan tindak lanjut konkret dari Dinas Kesehatan Depok, yang diwakili oleh dr. Mary Liziawati, untuk menunjukkan keseriusan mereka dalam mengatasi ancaman HIV/AIDS dan mencapai target Eliminasi AIDS 2030.
(SK/Martchel)














